Friday, November 30, 2018

Metode Konstruksi Basement Bottom-Up dan Top-Down

Metode konstruksi basement secara garis besar terdiri dari dua macam, yaitu metode Bottom-Up dan metode Top-Down. 

Metode Bottom-Up terdapat bermacam-macam teknik pelaksanaannya, seperti teknik cut-off dan teknik strutting steel. 

Penjelasan mengenai metode Bottom-Up dan metode Top-Down dapat dilihat pada uraian berikut ini.


Metode Bottom-Up

Metode ini merupakan metode pembangunan gedung yang dimulai dari bawah sampai ke atas. Pada metode ini juga pekerjaan difokuskan pada pembuatan basement terlebih dahulu. 

Tahap pertama yang dilakukan dalam metode ini adalah menggali tanah terlebih dahulu hingga mencapai elevasi yang direncanakan,  kemudian dilakukan/dikerjakan pekerjaan pondasi, pekerjaan kolom, dan pekerjaan pelat hingga ke lantai paling atas.


Pekerjaan Galian Bottom-Up


Urutan Pengerjaan Metode Bottom-Up: 

  1. Penyiapan akses peralatan dan bahan 
  2. Penggalian tanah
  3. Pembuatan pondasi
  4. Pembuatan dinding penahan tanah (bila dibutuhkan)
  5. Pembuatan lantai basement
  6. Pembuatan kolom, balok, dan pelat lantai berulang sampai ke lantai paling atas


Kelebihan dari Metode Bottom-Up:

  • Sumber daya manusia yang terlatih sudah banyak yang memadai
  • Tidak membutuhkan teknologi yang tinggi
  • Teknik pengendalian pelaksanaan konstruksi sudah dikuasai
  • Biaya yang harus dikeluarkan relatif lebih murah


Kekurangan dari Metode Bottom-Up:

  • Pelaksanaan dewatering harus lebih intensif
  • Penggunaan “konstruksi sementara” sangat banyak
  • Tidak memungkinkan untuk melaksanakan dengan super struktural secara efisien

Seperti yang telah disebutkan diatas, metode Bottom-Up memiliki beberapa teknik dalam pekerjaannya, yakni dua diantaranya adalah teknik cut-off dan teknik strutting steel. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai kedua metode tersebut.



  • Teknik Cut-Off

Metode ini merupakan metode yang pada tahap awalnya adalah penggalian seluruh tanah secara langsung hingga ke elevasi perencanaan basement yang paling bawah. Namun, dengan keadaan seperti ini, maka tanah disekitar galian akan cenderung melakukan dorongan aktif sehingga memacu terjadinya longsor atau jatuhnya tanah sekitar menuju area yang sudah digali. 

Maka dari itu, dalam penggunaan metode ini, setelah dilakukan penggalian, tanah disekitar area penggalian perlu ditahan dan diberi ground anchor sehingga tanah disekitar area penggalian tidak runtuh. 

Tidak hanya itu, penggunaan metode ini harus memperhatikan juga lingkungan di sekitar proyek seperti seberapa banyak gedung yang sudah terbangun di sekitarnya. Metode ini tidak disarankan jika di sekitar area proyek terdapat banyak gedung-gedung yang sudah berdiri karena hal ini akan sangat mengganggu bagi keberadaan gedung-gedung tersebut. 

Gangguan yang terjadi dapat berupa turunnya tanah atau pondasi dari gedung-gedung tersebut hingga runtuhnya bagian struktural dari gedung-gedung tersebut.


Pekerjaan Galian Bottom-Up Ground Anchor



  • Teknik Strutting Steel

Secara garis besar, proses awal dari metode ini sama dengan metode cut-off yaitu melakukan penggalian seluruh tanah secara langsung hingga ke elevasi basement yang paling dasar. 

Karena tahap awal yang dilakukan adalah sama seperti metode cut-off, maka kesulitan dan kendala yang dialami akan sama yaitu kecenderungan tanah sekitar untuk runtuh dan jatuh menuju area galian. Maka dari itu perlu diberikan penahan tanah yang terdapat di sekitar galian untuk mencegah runtuh/jatuhnya tanah yang berada di sekitar proyek. 

Metode pencegahan runtuhnnya tanah sekitar yang membedakan metode ini dengan metode cut-off. Dalam metode ini, pencegahan yang dilakukan adalah dengan memberikan tahanan struktural berupa kerangka baja dari satu sisi tanah menuju ke sisi tanah yang lain. 

Jika dilihat dari atas, kerangka baja yang dipasang kurang lebih akan terlihat seperti net atau jaring.


Pekerjaan Galian Bottom-Up Strutting Steel



Metode Top-Down

Cara pelaksanaan pembangunan gedung yang dimulai dari atas ke bawah disebut sebagai metode Top-Down. 

Proses pelaksanaan metode ini dimulai dengan  memasang dinding diafragma, kemudian dipasang pondasi dan kingpost,  dilanjutkan dengan pembuatan plat lantai dasar dan setelah itu dilakukan konstruksi basement bagian bawah yang dilakukan bersamaan dengan penggalian. 

Metode ini sangat membantu dan digunakan jika kondisi di sekitar proyek terdapat bangunan yang berdekatan, sehingga longsor tanah dari bangunan sekitar dapat dicegah.


Urutan Pengerjaan Metode Top-Down:

  1. Memasang dinding diagragma
  2. Memasang pondasi beserta kingpost
  3. Mengerjakan plat lantai dasar
  4. Mengerjakan pengerukkan dan pengecoran lantai basement
  5. Mengerjakan lantai basement lebih bawah lagi bersamaan dengan lantai yang lebih atas


Kelebihan dari Metode Top-Down:

  • Resiko teknis lebih kecil
  • Jadwal pelaksanaan dapat dipercepat
  • Relatif tidak mengganggu lingkungan


Kekurangan dari Metode Top-Down:

  • Diperlukan peralatan berat yang khusus
  • Sumber daya manusia yang ahli masih terbatas
  • Diperlukan pengetahuan spesifik untuk mengendalikan proyek

Tahapan Pekerjaan Tanah Galian Top-Down

Tahapan pekerjaan tanah galian Top-Down beserta ilustrasi tahapan penggalian terdapat di bawah ini.

1. Penggalian tanah hingga B1

Pekerjaan Galian Top-Down Penggalian Level B1

2. Pengecoran pelat pada level B1

Pekerjaan Galian Top-Down Pengecoran Pelat Level B1

3. Pengecoran pelat pada Level 1

Pekerjaan Galian Top-Down Pengecoran Pelat Lantai 1

4. Pekerjaan galian pada level B2

Pekerjaan Galian Top-Down Penggalian Level B2

5. Pengecoran pelat pada level B2

Pekerjaan Galian Top-Down Pengecoran Lantai B2

6. Dilakukan langkah yang sama hingga level B5

Pekerjaan Galian Top-Down Galian Level B5

7. Pekerjaan galian pada level B6
Pekerjaan Galian Top-Down Galian Level B6

8. Pengecoran Matt Foundation

Pekerjaan Galian Top-Down Pengecoran Matt Foundation

0 comments:

Post a Comment

 

2013 © sinaza

Designed by | Irsah inDesigns Copyright © 2013
Supported By | Blogr Templates and Themes

Domain + Hosting | Unlimited Web Host